Sejarah Lepasnya Timor Timur Yang tak Pernah Terungkap

MENIT-MENIT LEPASNYA TIMOR-TIMUR DARI INDONESIA Berikut ini adalah tulisan seorang wartawan yang meliput jajak pendapat di Dili, Timor-timur. Tulisan berikut ini sungguh luar biasa, namun sekaligus membuat dada sesak. Ditulis oleh Kafil Yamin, wartawan kantor berita The IPS Asia-Pacific, Bangkok, yang dikirim ke Timor Timur pada tanggal 28 Agustus 1999 untuk meliput ‘Jajak Pendapat Timor-Timur’ yang diselenggarakan UNAMET [United Nations Mission in East Timor], 30 Agustus 1999. Judul asli dari tulisan ini adalah Menit-Menit yang Luput dari Catatan Sejarah Indonesia. Saya sengaja ubah judulnya dengan maksud agar lebih jelas mengenai apa yang terkandung dalam tulisan tersebut. MENIT-MENIT YANG LUPUT DARI CATATAN SEJARAH INDONESIA Oleh: Kafil Yamin Jajak pendapat itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah referendum, adalah buah dari berbagai tekanan internasioal kepada Indonesia yang sudah timbul sejak keruntuhan Uni Soviet tahun 1989. Belakangan tekanan itu makin menguat dan menyusahkan Indonesia. Ketika krisis moneter menghantam negara-negara Asia Tenggara selama tahun 1997-1999, Indonesia terkena. Guncangan ekonomi sedemikian hebat; berimbas pada stabilitas politik; dan terjadilah jajak pendapat itu. Kebangkrutan ekonomi Indonesia dimanfaatkan oleh pihak Barat, melalui IMF dan Bank Dunia, untuk menekan Indonesia supaya melepas Timor Timur. IMF dan Bank Dunia bersedia membantu Indonesia lewat paket yang disebut bailout, sebesar US$43 milyar, asal Indonesia melepas Timtim. Apa artinya ini? Artinya keputusan sudah dibuat sebelum jajak pendapat itu dilaksanakan. Artinya bahwa jajak pendapat itu sekedar formalitas. Namun meski itu formalitas, toh keadaan di kota Dili sejak menjelang pelaksanan jajak pendapat itu sudah ramai nian. Panita jajak pendapat didominasi bule Australia dan Portugis. Wartawan asing berdatangan. Para pegiat LSM pemantau jajak pendapat, lokal dan asing, menyemarakkan pula – untuk sebuah sandiwara besar. Hebat bukan? Sekitar Jam 1 siang, tanggal 28 Agustus 1999, saya mendarat di Dili. Matahari mengangkang di tengah langit. Begitu menyimpan barang-barang di penginapan [kalau tidak salah, nama penginapannya Dahlia, milik orang Makassar], saya keliling kota Dili. Siapapun yang berada di sana ketika itu, akan berkesimpulan sama dengan saya: kota Dili didominasi kaum pro-integrasi. Mencari orang Timtim yang pro-kemerdekaan untuk saya wawancarai, tak semudah mencari orang yang pro-integrasi. Penasaran, saya pun keluyuran keluar kota Dili, sampai ke Ainaro dan Liquica, sekitar 60 km dari Dili. Kesannya sama: lebih banyak orang-orang pro-integrasi. Di banyak tempat, banyak para pemuda-pemudi Timtim mengenakan kaos bertuliskan Mahidi [Mati-Hidup Demi Integrasi], Gadapaksi [Garda Muda Penegak Integrasi], BMP [Besi Merah Putih], Aitarak [Duri]. Setelah seharian berkeliling, saya berkesimpulan Timor Timur akan tetap bersama Indonesia. Bukan hanya dalam potensi suara, tapi dalam hal budaya, ekonomi, sosial, tidak mudah membayangkan Timor Timur bisa benar-benar terpisah dari Indonesia. Semua orang Timtim kebanyakan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Para penyedia barang-barang kebutuhan di pasar-pasar adalah orang Indonesia. Banyak pemuda-pemudi Timtim yang belajar di sekolah dan universitas Indonesia, hampir semuanya dibiayai pemerintah Indonesia. Guru-guru di sekolah-sekolah Timtim pun kebanyakan orang Indonesia, demikian juga para petugas kesehatan, dokter, mantri. Selepas magrib, 28 Agustus 1999, setelah mandi dan makan, saya duduk di lobi penginapan, minum kopi dan merokok. Tak lama kemudian, seorang lelaki berusia 50an, tapi masih terlihat gagah, berambut gondrong, berbadan atletis, berjalan ke arah tempat duduk saya; duduk dekat saya dan mengeluarkan rokok. Rupanya ia pun hendak menikmati rokok dan kopi. Mungkin karena dipersatukan oleh kedua barang beracun itu, kami cepat akrab. Dia menyapa duluan: “Dari mana?” sapanya. “Dari Jakarta,” jawabku, sekalian menjelaskan bahwa saya wartawan, hendak meliput jajak pendapat. Entah kenapa, masing-masing kami cepat larut dalam obrolan. Dia tak ragu mengungkapkan dirinya. Dia adalah mantan panglima pasukan pro-integrasi, yang tak pernah surut semangatnya memerangi Fretilin [organisasi pro-kemerdekaan], “karena bersama Portugis, mereka membantai keluarga saya,” katanya. Suaranya dalam, dengan tekanan emosi yg terkendali. Terkesan kuat dia lelaki matang yang telah banyak makan asam garam kehidupan. Tebaran uban di rambut gondrongnya menguatkan kesan kematangan itu. “Panggil saja saya Laffae,” katanya. “Itu nama Timor atau Portugis?” Saya penasaran. “Timor. Itu julukan dari kawan maupun lawan. Artinya ‘buaya’,” jelasnya lagi. Julukan itu muncul karena sebagai komandan milisi, dia dan pasukannya sering tak terdeteksi lawan. Setelah lawan merasa aman, tiba-tiba dia bisa muncul di tengah pasukan lawannya dan melahap semua yang ada di situ. Nah, menurut anak buah maupun musuhnya, keahlian seperti itu dimiliki buaya. Dia pun bercerita bahwa dia lebih banyak hidup di hutan, tapi telah mendidik, melatih banyak orang dalam berpolitik dan berorganisasi. “Banyak binaan saya yang sudah jadi pejabat,” katanya. Dia pun menyebut sejumlah nama tokoh dan pejabat militer Indonesia yang sering berhubungan dengannya. Rupanya dia seorang tokoh. Memang, dilihat dari tongkrongannya, tampak sekali dia seorang petempur senior. Saya teringat tokoh pejuang Kuba, Che Guevara. Hanya saja ukuran badannya lebih kecil. “Kalau dengan Eurico Guterres? Sering berhubungan?” saya penasaran. “Dia keponakan saya,” jawab Laffae. “Kalau ketemu, salam saja dari saya.” Cukup lama kami mengobrol. Dia menguasai betul sejarah dan politik Timtim dan saya sangat menikmatinya. Obrolan usai karena kantuk kian menyerang. Orang ini menancapkan kesan kuat dalam diri saya. Sebagai wartawan, saya telah bertemu, berbicara dengan banyak orang, dari pedagang kaki lima sampai menteri, dari germo sampai kyai, kebanyakan sudah lupa. Tapi orang ini, sampai sekarang, saya masih ingat jelas. Sambil berjalan menuju kamar, pikiran bertanya-tanya: kalau dia seorang tokoh, kenapa saya tak pernah mendengar namanya dan melihatnya? Seperti saya mengenal Eurico Gueterres, Taur Matan Ruak? Xanana Gusmao? Dan lain-lain? Tapi sudahlah. Pagi tanggal 29 Agustus 1999. Saya keluar penginapan hendak memantau situasi. Hari itu saya harus kirim laporan ke Bangkok. Namun sebelum keliling saya mencari rumah makan untuk sarapan. Kebetulan lewat satu rumah makan yang cukup nyaman. Segera saya masuk dan duduk. Eh, di meja sana saya melihat Laffae sedang dikelilingi 4-5 orang, semuanya berseragam Pemda setempat. Saya tambah yakin dia memang orang penting – tapi misterius. Setelah bubar, saya tanya Laffae siapa orang-orang itu. “Yang satu Bupati Los Palos, yang satu Bupati Ainaro, yang dua lagi pejabat kejaksaan,” katanya. “Mereka minta nasihat saya soal keadaan sekarang ini,” tambahnya. Kalau kita ketemu Laffae di jalan, kita akan melihatnya ‘bukan siapa-siapa’. Pakaiannya sangat sederhana. Rambutnya terurai tak terurus. Dan kalau kita belum ‘masuk’, dia nampak pendiam. Saya lanjut keliling. Kota Dili makin semarak oleh kesibukan orang-orang asing. Terlihat polisi dan tentara UNAMET berjaga-jaga di setiap sudut kota. Saya pun mulai sibuk, sedikitnya ada tiga konferensi pers di tempat yang berbeda. Belum lagi kejadian-kejadian tertentu. Seorang teman wartawan dari majalah Tempo, Prabandari, selalu memberi tahu saya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dari berbagai peristiwa itu, yang menonjol adalah laporan dan kejadian tentang kecurangan panitia penyelenggara, yaitu UNAMET. Yang paling banyak dikeluhkan adalah bahwa UNAMET hanya merekrut orang-orang pro-kemerdekaan di kepanitiaan. Klaim ini terbukti. Saya mengunjungi hampir semua TPS terdekat, tidak ada orang pro-integrasi yang dilibatkan. Yang bikin suasana panas di kota yang sudah panas itu adalah sikap polisi-polisi UNAMET yang tidak mengizinkan pemantau dan pengawas dari kaum pro-integrasi, bahkan untuk sekedar mendekat. Paling dekat dari jarak 200 meter. Tapi pemantau-pemantau bule bisa masuk ke sektratriat. Bahkan ikut mengetik! Di sini saya perlu mengungkapkan ukuran mental orang-orang LSM dari Indonesia, yang kebanyakan mendukung kemerdekaan Timtim karena didanai asing. Mereka tak berani mendekat ke TPS dan sekretariat, baru ditunjuk polisi UNAMET saja langsung mundur. Tapi kepada pejabat-pejabat Indonesia mereka sangat galak: menuding, menuduh, menghujat. Berani melawan polisi. Di hadapan polisi bule mereka mendadak jadi inlander betulan. Tambah kisruh adalah banyak orang-orang pro-integrasi tak terdaftar sebagai pemilih. Dari 4 konferensi pers, 3 di antaranya adalah tentang ungkapan soal ini. Bahkan anak-anak Mahidi mengangkut segerombolan orang tua yang ditolak mendaftar pemilih karena dikenal sebagai pendukung integrasi. Saya pun harus mengungkapkan ukuran mental wartawan-wartawan Indonesia di sini. Siang menjelang sore, UNAMET menyelenggarakan konferensi pers di Dili tentang rencana penyelenggaraan jajak pendapat besok. Saya tentu hadir. Lebih banyak wartawan asing daripada wartawan Indonesia. Saya yakin wartawan-wartawan Indonesia tahu kecurangan-kecurangan itu. Saat tanya jawab, tidak ada wartawan Indonesia mempertanyakan soal praktik tidak fair itu. Bahkan sekedar bertanya pun tidak. Hanya saya yang bertanya tentang itu. Jawabannya tidak jelas. Pertanyaan didominasi wartawan-wartawan bule. Tapi saya ingat betapa galaknya wartawan-wartawan Indonesia kalau mewawancarai pejabat Indonesia terkait dengan HAM atau praktik-praktik kecurangan. Hambatan bahasa tidak bisa jadi alasan karena cukup banyak wartawan Indonesia yang bisa bahasa Inggris. Saya kira sebab utamanya rendah diri, seperti sikap para aktifis LSM lokal tadi. Setelah konferensi pers usai, sekitar 2 jam saya habiskan untuk menulis laporan. Isi utamanya tentang praktik-praktik kecurangan itu. Selain wawancara, saya juga melengkapinya dengan pemantauan langsung. Kira-kira 2 jam setelah saya kirim, editor di Bangkok menelepon. Saya masih ingat persis dialognya: “Kafil, we can’t run the story,” katanya. “What do you mean? You send me here. I do the job, and you don’t run the story?” saya berreaksi. “We can’t say the UNAMET is cheating…” katanya. “That’s what I saw. That’s the fact. You want me to lie?” saya agak emosi. “Do they [pro-integrasi] say all this thing because they know they are going to loose?” “Well, that’s your interpretation. I’ll make it simple. I wrote what I had to and it’s up to you,” “I think we still can run the story but we should change it.” “ I leave it to you,” saya menutup pembicaraan. Saya merasa tak nyaman. Namun saya kemudian bisa maklum karena teringat bahwa IPS Asia-Pacific itu antara lain didanai PBB. *** Kira-kira jam 5:30 sore, 29 Agustus 199, saya tiba di penginapan. Lagi-lagi, Laffae sedang dikerumuni tokoh-tokoh pro-integrasi Timtim. Terlihat Armindo Soares, Basilio Araujo, Hermenio da Costa, Nemecio Lopes de Carvalho, nampaknya mereka sedang membicarakan berbagai kecurangan UNAMET. Makin malam, makin banyak orang berdatangan. Orang-orang tua, orang-orang muda, tampaknya dari tempat jauh di luar kota Dili. Kelihatan sekali mereka baru menempuh perjalanan jauh. Seorang perempuan muda, cukup manis, tampaknya aktifis organisasi, terlihat sibuk mengatur rombongan itu. Saya tanya dia siapa orang-orang ini. “Mereka saya bawa ke sini karena di desanya tidak terdaftar,” katanya. “Mereka mau saya ajak ke sini. Bahkan mereka sendiri ingin. Agar bisa memilih di sini. Tidak ada yang membiayai. Demi merah putih,” jawabnya bersemangat. Saya tergetar mendengar bagian kalimat itu: “…demi merah putih.” Mereka semua ngobrol sampai larut. Saya tak tahan. Masuk kamar. Tidur. Besok jajak pendapat. Pagi 30 Agustus 1999. Saya keliling Dili ke tempat-tempat pemungutan suara. Di tiap TPS, para pemilih antri berjajar. Saya bisa berdiri dekat dengan antrean-antrean itu. Para ‘pemantau’ tak berani mendekat karena diusir polisi UNAMET. Karena dekat, saya bisa melihat dan mendengar bule-bule Australia yang sepertinya sedang mengatur barisan padahal sedang kampanye kasar. Kebetulan mereka bisa bahasa Indonesia: “Ingat, pilih kemerdekaan ya!” teriak seorang cewek bule kepada sekelompok orang tua yang sedang antre. Bule-bule yang lain juga melakukan hal yang sama. Sejenak saya heran dengan kelakuan mereka. Yang sering mengampanyekan kejujuran, hak menentukan nasib sendiri. Munafik, pikir saya. Mereka cukup tak tahu malu. Setelah memantau 4-5 TPS saya segera mencari tempat untuk menulis. Saya harus kirim laporan. Setelah mengirim laporan. Saya manfaat waktu untuk rileks, mencari tempat yang nyaman, melonggarkan otot. Toh kerja hari itu sudah selesai. Sampailah saya di pantai agak ke Timur, di mana patung Maria berdiri menghadap laut, seperti sedang mendaulat ombak samudra. Patung itu bediri di puncak bukit. Sangat besar. Dikelilingi taman dan bangunan indah. Untuk mencapai patung itu, anda akan melewati trap tembok yang cukup landai dan lebar. Sangat nyaman untuk jalan berombongan sekali pun. Sepanjang trap didindingi bukit yang dilapisi batu pualam. Di setiap kira jarak 10 meter, di dinding terpajang relief dari tembaga tentang Yesus, Bunda Maria, murid-murid Yesus, dengan ukiran yang sangat bermutu tinggi. Patung dan semua fasilitasnya ini dibangun pemerintah Indonesia. Pasti dengan biaya sangat mahal. Ya, itulah biaya politik. Tak terasa hari mulai redup. Saya harus pulang. Besok pengumuman hasil jajak pendapat. Selepas magrib, 30 September 1999. Kembali saya menunaikan kewajiban yang diperintahkan oleh kebiasaan buruk: merokok sambil minum kopi di lobi penginapan. Kali ini, Laffae mendahului saya. Dia sudah duluan mengepulkan baris demi baris asap dari hidung dan mulutnya. Kami ngobrol lagi. Tapi kali ini saya tidak leluasa. Karena banyak tamu yang menemui Laffae, kebanyakan pentolan-pentolan milisi pro-integrasi. Ditambah penginapan kian sesak. Beberapa pemantau nginap di situ. Ada juga polisi UNAMET perwakilan dari Pakistan. Ada seorang perempuan keluar kamar, melihat dengan pandangan ‘meminta’ ke arah saya dan Laffae. Kami tidak mengerti maksudnya. Baru tau setelah lelaki pendampingnya bilang dia tak kuat asap rokok. Laffae lantas bilang ke orang itu kenapa dia jadi pemantau kalau tak kuat asap rokok. Kami berdua terus melanjutkan kewajiban dengan racun itu. Beberapa menit kemudian cewek itu pingsan dan dibawa ke klinik terdekat. Saya masuk kamar lebih cepat. Tidur. Pagi, 4 September 1999. Pengumuman hasil jajak pendapat di hotel Turismo Dili. Bagi saya, hasilnya sangat mengagetkan: 344.508 suara untuk kemerdekaan, 94.388 untuk integrasi, atau 78,5persen berbanding 21,5persen. Ketua panitia mengumumkan hasil ini dengan penuh senyum, seakan baru dapat rezeki nomplok. Tak banyak tanya jawab setelah itu. Saya pun segera berlari mencari tempat untuk menulis laporan. Setelah selesai, saya balik ke penginapan. Di lobi, Laffae sedang menonton teve yang menyiarkan hasil jajak pendapat. Sendirian. Saat saya mendekat, wajahnya berurai air mata. “Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Mereka curang..” katanya tersedu. Dia merangkul saya. Lelaki pejuang, tegar, matang ini mendadak luluh. Saya tak punya kata apapun untuk menghiburnya. Lagi pula, mata saya saya malah berkaca-kaca, terharu membayangkan apa yang dirasakan lelaki ini. Perjuangan keras sepanjang hidupnya berakhir dengan kekalahan. Saya hanya bisa diam. Dan Laffae pun nampaknya tak mau kesedihannya terlihat orang lain. Setelah beberapa jenak ia berhasil bersikap normal. “Kota Dili ini akan kosong..” katanya. Pelan tapi dalam. “Setelah kosong, UNAMET mau apa.” Telepon berbunyi, dari Prabandari Tempo. Dia memberi tahu semua wartawan Indonesia segera dievakuasi pakai pesawat militer Hercules, karena akan ada penyisiran terhadap semua wartawan Indonesia. Saya diminta segera ke bandara saat itu juga. Kalau tidak, militer tidak bertanggung jawab. Semua wartawan Indonesia sudah berkumpul di bandara, tinggal saya. Hanya butuh lima menit bagi saya untuk memutuskan tidak ikut. “Saya bertahan, nDari. Tinggalkan saja saya.” Laffae menguping pembicaraan. Dia menimpali: “Kenapa wartawan kesini kalau ada kejadian malah lari?” katanya. Saya kira lebih benar dia mikirnya. Saya lantas keluar, melakukan berbagai wawancara, menghadiri konferensi pers, kebanyakan tentang kemarahan atas kecurangan UNAMET. “Anggota Mahidi saja ada 50 ribu; belum Gardapaksi, belum BMP, belum Halilintar, belum masyarakat yang tak ikut organisasi,” kata Nemecio Lopez, komandan milisi Mahidi. Kembali ke penginapan sore, Laffae sedang menghadapi tamu 4-5 orang pentolan pro-integrasi. Dia menengok ke arah saya: “Kafil! Mari sini,” mengajak saya bergabung. “Sebentar!” saya bersemangat. Saya tak boleh lewatkan ini. Setelah menyimpan barang-barang di kamar, mandi kilat. Saya bergabung. Di situ saya hanya mendengarkan. Ya, hanya mendengarkan. “Paling-paling kita bisa siapkan seribuan orang,” kata ketua Armindo Soares, saya bertemu dengannya berkali-kali selama peliputan. “Saya perlu lima ribu,” kata Laffae. “Ya, lima ribu baru cukup untuk mengguncangkan kota Dili,” katanya, sambil menengok ke arah saya. “Kita akan usahakan,” kata Armindo. Saya belum bisa menangkap jelas pembicaraan mereka ketika seorang kawan memberitahu ada konferensi pers di kediaman Gubernur Abilio Soares. Saya segera siap-siap berangkat ke sana. Sekitar jam 7 malam, saya sampai di rumah Gubernur. Rupanya ada perjamuan. Cukup banyak tamu. Soares berbicara kepada wartawan tentang penolakannya terhadap hasil jajak pendapat karena berbagai kecurangan yang tidak bisa dimaklumi. Setelah ikut makan enak, saya pulang ke penginapan sekitar jam 8:30 malam. Sudah rindu bersantai dengan Laffae sambil ditemani nikotin dan kafein. Tapi Laffae tidak ada. Anehnya, penginapan jadi agak sepi. Para pemantau sudah check-out, juga polisi-polisi UNAMET dari Pakistan itu. Tak banyak yang bisa dilakukan kecuali tidur. Namun saat rebah, kantuk susah datang karena terdengar suara-suara tembakan. Mula-mula terdengar jauh. Tapi makin lama makin terdengar lebih dekat dan frekuensi tembakannya lebih sering. Mungkin karena perut kenyang dan badan capek, saya tertidur juga. Tanggal 5 September pagi, sekitar jam 09:00, saya keluar penginapan. Kota Dili jauh lebi lengang. Hanya terlihat kendaran-kendaraan UNAMET melintas di jalan. Tak ada lagi kendaraan umum. Tapi saya harus keluar. Apa boleh buat – jalan kaki. Makin jauh berjalan makin sepi, tapi tembakan nyaris terdengar dari segala arah. Sesiang ini, Dili sudah mencekam. Tidak ada warung atau toko buka. Perut sudah menagih keras. Apa boleh buat saya berjalan menuju hotel Turismo, hanya di hotel besar ada makanan. Tapi segera setelah itu saya kembali ke penginapan. Tidak banyak yang bisa dikerjakan hari itu. Selepas magrib 5 Setember 1999. Saya sendirian di penginapan. Lapar. Tidak ada makanan. Dili sudah seratus persen mencekam. Bunyi tembakan tak henti-henti. Terdorong rasa lapar yang sangat, saya keluar penginapan. Selain mencekam. Gelap pula. Hanya di tempat-tempat tertentu lampu menyala. Baru kira-kira 20 meter berjalan, gelegar tembakan dari arah kanan. Berhenti. Jalan lagi. Tembakan lagi dari arah kiri. Tiap berhenti ada tarikan dua arah dari dalam diri: kembali atau terus. Entah kenapa, saya selalu memilih terus, karena untuk balik sudah terlanjur jauh. Saya berjalan sendirian; dalam gelap; ditaburi bunyi tembakan. Hati dipenuhi adonan tiga unsur: lapar, takut, dan perjuangan menundukkan rasa takut. Lagi pula, saya tak tau ke arah mana saya berjalan. Kepalang basah, pokoknya jalan terus. Sekitar jam 11 malam, tanpa disengaja, kaki sampai di pelabuhan Dili. Lumayan terang oleh lampu pelabuhan. Segera rasa takut hilang karena di sana banyak sekali orang. Mereka duduk, bergeletak di atas aspal atau tanah pelabuhan. Rupanya, mereka hendak mengungsi via kapal laut. Banyak di antara mereka yang sedang makan nasi bungkus bersama. Dalam suasa begini, malu dan segan saya buang ke tengah laut. Saya minta makan! “Ikut makan ya?” kata saya kepada serombongan keluarga yang sedang makan bersama. “Silahkan bang!.. silahkan!..” si bapak tampak senang. Tunggu apa lagi, segera saya ambil nasinya, sambar ikannya. Cepat sekali saya makan. Kenyang sudah, sehingga ada tenaga untuk kurang ajar lebih jauh: sekalian minta rokok ke bapak itu. Dikasih juga. Sekitar jam 3 malam saya berhasil kembali ke penginapan. Pagi menjelang siang, tanggal 6 September 1999. Saya hanya duduk di lobi penginapan karena tidak ada kendaraan. Tidak ada warung dan toko yang buka. Yang ada hanya tembakan tak henti-henti. Dili tak berpenghuni – kecuali para petugas UNAMET. Nyaris semua penduduk Dili mengungsi, sebagian via kapal, sebagian via darat ke Atambua. Orang-orang pro-kemerdekaan berlarian diserang kaum pro-integrasi. Markas dan sekretariat dibakar. Darah tumpah lagi entah untuk keberapa kalinya. Sekarang, saya jadi teringat kata-kata Laffae sehabis menyaksikan pengumuman hasil jajak pedapat kemarin: “Dili ini akan kosong..” Saya pun teringat kata-kata dia: “Saya perlu lima ribu orang untuk mengguncang kota Dili..” Ya, sekarang saya berkesimpulan ini aksi dia. Aksi pejuang pro-integrasi yang merasa kehilangan masa depan. Ya, hanya saya yang tahu siapa tokoh utama aksi bumi hangus ini, sementara teve-teve hanya memberitakan penyerangan mililis pro-integrasi terhadap kaum pro-kemerdekaan. Tentu, orang-orang pro-integrasi pun mengungsi. Laffae dan pasukannya ingin semua orang Timtim bernasib sama: kalau ada satu pihak yang tak mendapat tempat di bumi Loro Sae, maka semua orang timtim harus keluar dari sana. Itu pernah diucapkannya kepada saya. Inilah hasil langsung jajak pendapat yang dipaksakan harus dimenangkan. Hukum perhubungan antar manusia saat itu sepasti hukum kimia: tindakan lancung dan curang pasti berbuah bencana. *** Saya harus pulang, karena tidak banyak yang bisa dilihat dan ditemui. Untung masih ada omprengan yang mau mengantara ke bandara. Sekitar jam 11 pagi saya sampai di pelabuhan udara Komoro. Keadaan di bandara sedang darurat. Semua orang panik. Semua orang ingin mendapat tiket dan tempat duduk pada jam penerbangan yang sama. Karena hura-hara sudah mendekati bandara. Lagi pula penerbangan jam itu adalah yang satu-satunya dan terakhir. Bule-bule yang biasanya tertib kini saling sikut, saling dorong sampai ke depan komputer penjaga kounter. Ada bule yang stres saking tegangnya sampai-sampai minta rokok kepada saya yg berdiri di belakang tenang-tenang saja. Beginilah nikmatnya jadi orang beriman. Banyak yang tidak kebagian tiket. Entah kenapa saya lancar-lancar saja. Masuk ke ruangan tunggu, di situ sudah ada Eurico Gutteres. Saya hampiri dia, saya bilang saya banyak bicara dengan Laffae dan dia menyampaikan salam untuknya. Eurico memandang saya agak lama, pasti karena saya menyebut nama Laffae itu. Sore, 7 Novembe3, 1999, saya mendarat di Jakarta. Penduduk Timtim mengungsi ke Atambua, NTT. Sungguh tidak mudah mereka mengungsi. Polisi UNAMET berusaha mencegah setiap bentuk pengungsian ke luar Dili. Namun hanya sedikit yang bisa mereka tahan di Dili. Di kamp-kamp pengungsian Atambua, keadaan sungguh memiriskan hati. Orang-orang tua duduk mecakung; anak-anak muda gelisah ditelikung rasa takut; sebagian digerayangi rasa marah dan dendam; anak-anak diliputi kecemasan. Mereka adalah yang memilih hidup bersama Indonesia. Dan pilihan itu mengharuskan mereka terpisah dari keluarga. Pemerintah negara yang mereka pilih sebagai tumpuan hidup, jauh dari menyantuni mereka. Kaum milisi pro-integrasi dikejar-kejar tuntutan hukum atas ‘kejahatan terhadap kemanusiaan’, dan Indonesia, boro-boro membela mereka, malah ikut mengejar-ngejar orang Timtim yang memilih merah putih itu. Eurico Guterres dan Abilio Soares diadili dan dihukum di negara yang dicintai dan dibelanya. Jendral-jendral yang dulu menikmati kekuasaan di Timtim, sekarang pada sembunyi. Tak ada yang punya cukup nyali untuk bersikap tegas, misalnya: “Kami melindungi rakyat Timtim yang memilih bergabung dengan Indonesia.” Padahal, mereka yang selalu mengajarkan berkorban untuk negara; menjadi tumbal untuk kehormatan pertiwi, dengan nyawa sekalipun. Sementara itu, para pengungsi ditelantarkan. Tak ada solidaritas kebangsaan yang ditunjukkan pemerintah dan militer Indonesia. Inilah tragedi kemanusiaan. Melihat begini, jargon-jargon negara-negara Barat, media asing, tentang ‘self determination’, tak lebih dari sekedar ironi pahit. Sikap negara-negara Barat dan para aktifis kemanusiaan internasional yang merasa memperjuangkan rakyat Timtim jadi terlihat absurd. Sebab waktu telah membuktikan bahwa yang mereka perjuangkan tak lebih tak kurang adalah sumberdaya alam Timtim, terutama minyak bumi, yang kini mereka hisap habis-habisan. Pernah Laffae menelepon saya dari Jakarta, kira-kira 3 bulan setelah malapetaka itu. Ketika itu saya tinggal di Bandung. Dia bilang ingin ketemu saya dan akan datang ke Bandung. Saya sangat senang. Tapi dia tak pernah datang..saya tidak tahu sebabnya. Mudah-mudahan dia baik-baik saja. *** 12 TAHUN BERALU SUDAH. APA KABAR BAILOUT IMF YANG 43 MILYAR DOLAR ITU? SAMPAI DETIK INI, UANG ITU ENTAH DI MANA. ADA BEBERAPA PERCIK DICAIRKAN TAHUN 1999-2000, TAK SAMPAI SEPEREMPATNYA. DAN TIDAK MENOLONG APA-APA. YANG TERBUKTI BUKAN MENCAIRKAN DANA YANG DIJANJIKAN, TAPI MEMINTA PEMERINTAH INDONESIA SUPAYA MENCABUT SUBSIDI BBM, SUBSIDI PANGAN, SUBSIDI LISTRIK, YANG MEMBUAT RAKYAT INDONESIA TAMBAH MISKIN DAN SENGSARA. ANEHNYA, SEMUA SARANNYA ITU DITURUT OLEH PEMERINTAH RENDAH DIRI BIN INLANDER INI. Yang paling dibutuhkan adalah menutupi defisit anggaran. Untuk itulah dana pinjaman [bukan bantuan] diperlukan. Namun IMF mengatasi defisit angaran dengan akal bulus: mencabut semua subsidi untuk kebutuhan rakyat sehingga defisit tertutupi, sehingga duit dia tetap utuh. Perkara rakyat ngamuk dan makin sengsara, peduli amat. Melengkapi akal bulusnya itu IMF meminta pemerintah Indonesia menswastakan semua perusahaan negara, seperti Bank Niaga, BCA, Telkom, Indosat. Pernah IMF mengeluarkan dana cadangan sebesar 9 milyar dolar. Tapi, seperti dikeluhkan Menteri Ekonomi Kwik Kian Gie ketika itu, seperak pun dana itu tidak bisa dipakai karena hanya berfungsi sebagai pengaman. Apa bedanya dengan dana fiktif? Lagi pula, kenapa ketika itu pemerintah Indonesia seperti tak punya cadangan otak, yang paling sederhana sekalipun. KENAPA MAU MELEPAS TIMTIM DENGAN IMBALAN UTANG? BUKANKAN SEMESTINYA KOMPENSASI? ADAKAH DI DUNIA INI ORANG YANG HARTANYA DI BELI DENGAN UTANG? NIH SAYA BAYAR BARANGMU. BARANGMU SAYA AMBIL, TAPI KAU HARUS TETAP MENGEMBALIKAN UANG ITU. BUKANKAH INI SAMA PERSIS DENGAN MEMBERI GRATIS? DAN DALAM KASUS INI, YANG DIKASIH ADALAH NEGARA? YA, INDONESIA MEMBERI NEGARA KEPADA IMF SECARA CUMA-CUMA. Kalau saya jadi wakil pemerintah Indonesia waktu itu, saya akan menawarkan ‘deal’ yang paling masuk akal: “Baik, Timor Timur kami lepas tanpa syarat. Ganti saja dana yang sudah kami keluarkan untuk membangun Timtim selama 24 tahun.” Dengan demikian, tidak ada utang piutang. SAMPAI HARI INI INDONESIA MASIH MENYICIL UTANG KEPADA IMF, UNTUK SESUATU YANG TAK PERNAH IA DAPATKAN. SAYA HARAP GENERASI MUDA INDONESIA TIDAK SEBODOH PARA PEMIMPIN SEKARANG. [KbrNet/Slm]

Kidung Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga
Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
Luputa bilahi kabèh
Jim sètan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawè ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna

Sakèhing lara pan samya bali
Sakèh ngama pan sami miruda
Welas asih panduluné
Sakèhing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakèhing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aèng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak

Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa

Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamirsaningwang
Dawud suwaraku mangkè
Nabi Brahim nyawaku
Nabi Sleman kasektèn mami
Nabi Yusup rupèng wang
Édris ing rambutku
Bagindha Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar
Singgih
Balung bagindha Ngusman

Sungsumingsun Patimah linuwih
Siti Aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangkè
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Nètraku ya Muhamad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahè para nabi
Dadya sarira tunggal

-----------------------------
Terjemahan Bahasa Indonesia :

Ada kidung rumeksa ing wengi
Yang menjadikan kuat selamat dari semua penyakit
Terbebas dari segala petaka
Jin dan setan pun tidaj mau
Segala jenis sihir tidak berani
Apalagi perbuatan jahat
Guna-guna tersingkir
Api menjadi air
Pencuri pun menjauh dariku
Segala bahaya akan lenyap

Semua penyakit pulang ke tempat asalnya
Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih
Semua senjata tidak mengena, bagaikan kapuk jatuh di besi
Segenap racun menjadi tawar
Binatang buas menjadi jinak
Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak

Kandangnya semua badak
Meski batu dan laut mengering
Pada akhirnya semua selamat
Sebab badannya selamat
Dikelilingi oleh bidadari
Yang dijaga oleh malaikat
Dan semua rasul
Dalam lindungan Tuhan
Hatiku Adam dan otakku Nabi Sis
Ucapanku ialah Nabi Musa

Napasku Nabi Isa yang amat mulia
Nabi Ya’kub pendengaranku
Nanti Nabi Daud menjadi suaraku
Nabi Ibrahim menjadi nyawaku
Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku
Nabi Yusuf menjadi rupaku
Nabi Idris pada rambutku
Ali sebagai kulitku
Abu Bakar darahku
Dan Umar dagingku
Sedangkan Usman sebagai tulangku

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia
Siti Aminah sebagai kekuatan badanku
Nanti Nabi Ayub ada di dalam ususku
Nabi Nuh di dalam jantungku
Nabi Yunus di dalam ototku
Mataku ialah Nabi Muhammad
Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa
Maka lengkaplah semua rasul
Yang menjadi satu badan



"Hari Krisna Murti"

Karya Mahatma Ghandi

apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninitpermusuhan baru.  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran(satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral. 
Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sanauntuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan. 
Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.
Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.
Ada pula yang mngartikan sebagai hanya sebagai usaha positif memajukan kerajinan sendiri, pertukangan sendiri, industrialisme sendiri. Ada yang memandangnya sebagai suatau senjata politik, dan ada yang pula yang memandangnya sebagai suatu usaha ekonomi yang bersangkutan dengan politik sama sekali.Sementara itu, ahimsa adalah kekuatan cinta, suatu penghormatan pada semua bentuk kehidupan. Ini adalah ajaran yang dimiliki semua agama, yaitu manusia memiliki kewajiban menghindari kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia. Tentang ahimsa Gandhi menyatakan, "Ahimsa...bukan sekadar tingkatan tidak melakukan penyerangan secara negatif tetapi...tingkatan cinta yang positif, berbuat baik bahkan kepada pelaku kejahatan". Ajaran Gandhi ini didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, kemerdekaan dan kesejahteraan hanya dapat dimulai dari kemandirian individu. Maka masing-masing individu-individu harus mampu menyalurkan hasrat negatifnya pada tindakan-tindakan positif.Kedua, Gandhi meyakini bahwa perkembangan dan kemajuan akan diperoleh tidak melalui konsesi-konsesi dan reformasi-reformasi konstitusional, tetapi melalui perjuangan yang dilakukan oleh rakyat sendiri secara bersama. Untuk dapat membangkitkan kebersamaan itu dibutuhkan kekuatan cinta dan kerelaan untuk mengalami penderitaan rakyat.
Cinta dan penderitaan sesama inilah yang dapat merekatkan perbedaan identitas dalam relasi saling ketergantungan yang dapat menghentikan konflik.Melalui ajarannya itu, sejak tahun 1906, Gandhi terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan cinta dan solidaritas. Sejak tahun itu, Gandhi menyerukan kepada seluruh rakyat India untuk membuat beberapa bentuk kerajinan tangan sehingga tak ada lagi yang akan menjadi beban masyarakat. Gandhi berseru kepada rakyat India untuk menemukan kembali hubungan yang murni dan orisinil antara manusia dengan alam, karena dia yakin bahwa perceraian dengan alam adalah sumber dari segala penyakit.Gandhi berseru agar rakyat mendidik dirinya mengenai dasar-dasar kesehatan dan lingkungan yang sehat, supaya bisa mencegah dan menghentikan bibit-bibit penyakit. Gandhi berseru agar melakukan berbagai aktivitas semacam pemeliharaan hutan dan memelihara lebah, membuat barang pecah belah dan kertas, sehingga tak ada seorang pun yang tidak mempunyai makanan, peralatan atau buku.Gandhi berseru untuk mengembangkan pendidikan dasar melalui program kerja dan belajar di sekolah, sehingga anak-anak tumbuh dengan mengetahui cara membaca, menulis dan bagaimana bekerja dengan tenaga fisik. Gandhi menyerukan kepada rakyat berpartisipasi dalam majelis-majelis desa dan dengan cara ini rakyat dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri.Gandhi dengan ajaran anti kekerasan (ahimsa) yang dilakukan untuk kemerdekaan India telah memberi inspirasi kepada seluruh dunia. Dengan ajaran-ajarannya tersebut, hidup sederhana pun ia jalani. Dengan ahimsa perlawanannya cukup memberikan kekuatan kepada rakyat untuk turut serta melawan kekerasan. Ahimsa adalah perjuangan dengan kekuatan cinta dan kasih sayang.
Perjuangan untuk tidak menyakiti baik fisik maupun pikiran sehingga ahimsa bukan semata-mata menyakiti secara fisik. Melainkan perjuangan untuk melawan suatu ketidakbenaran. Ajaran ahimsa yang dianut oleh Gandhi menurut penulis merupakan bentuk representasi dari pengalaman uang diterimanya dalam lingkingan keluarganya, karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa Gandhi berasal dari keluarga yang religius yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan rasa cinta kasih terhadap sesame.Ajaran selanjutnya dari Gandhi adalah swadesi atau berusaha untuk mandiri dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri. Ini tidak serta merta dilakukan begitu saja, namun harus dibangun sistem untuk menciptakan kekuatan baik pada diri maupun kepada rakyat. Misalnya membangun perekonomian yang menghidupkan kekuatan masyarakat sehingga menghilangkan ketergantungan pada pihak asing. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam mewujudkan kemandirian ini, karena disinilah karakter masyarakat dibentuk untuk melakukan pengendalian diri. Bagi penulis, ajaran ini merupakan bentuk kekhawatiran Gandhi terhadap masuknya produk-produk asing ke India sehingga masyarakat India semakin konsumtif untuk itulah kemudian dia mengajak rakyat India agar mau untuk memproduksi barang-barangnya sendiri tanpa harus bergantung terhadap produk asing.Bramkhacharya merupakan salah satu prinsip ajaran Gandhi yang terlihat tidak terlalu menonjol dibanding ajaran-ajarannya yang lain.
Ajaran ini memusatkan diri pada pengendalian hawa nafsu (seksual), dimana dia beranggapan bahwa segala kejahatan di muka bumi ini dapa diredam apabila manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Bagi penulis ajaran tersebut cukup baik, namun mematikan hasrat seksual bagi manusia dapat menghancurkan peradaban manusia itu sendiri.Melalui satyagraha, berpegang teguh pada kebenaran yang dibarengi dengan teladan membuat Gandhi diikuti oleh banyak pengikutnya. Apalagi dengan ditambah kejujuran dan kesederhanaan Gandhi. Satyagraha menekankan sebuah perjuangan menentang ketidakadilan melalui kesediaan diri menanggung penderitaan. Beberapa gerakan satyagraha yang dipimpin Gandhi di India adalah berjuang untuk para petani miskin pribumi Champaran, pemogokan buruh pabrik di Ahmedabad dan Kheda, melakukan pembaruan pada Konggres Nasional India dan yang paling fonumental adalah mengubah resolusi penting menuntut status dominian bagi India dibawah pengawasan gerakan Satyagraha di seluruh India di Kalkutta pada Desember 1928.

Gandhi adalah pemimipin yang paling inspirasional pada awal abad 20. Advokasinya tentang aksi ketidakpatuhan warga serta tanpa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk mencapai perubahan sosial yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan lain di dunia, seperti perjuanagan Marthin Luther King Jr. di Amerika Serikat yang terinspirasi oleh perjuangannya dalam menuntut persamaan hak dan penghapusan tindakan diskriminasi antara masyarakat kulit putih terhadap masyarakat kulit hitam.Jika ajaran Mahatma Gandhi diikuti, relatif hal itu akan bisa terhindari. Andaikan banyak pihak mau mengikuti gerakan ahimsa (ajaran yang menolak kekerasan), maka korban kemanusiaan tidak akan terjadi. Karena apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninit permusuhan baru.  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran (satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral. 

Proposal Permohonan Kerjasama Sponsor


KEJUARAAN PENCAK SILAT ANTAR
PELAJAR WHITE CAMPUS CUP I IPSI KOTA MALANG
Se-MALANG RAYA 2013

LATAR BELAKANG                                                      

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Pencak silat merupakan salah satu budaya asli, pusaka, dan produk bangsa Indonesia warisan para leluhur. Sebagai suatu budaya warisan, sudah semestinya bila pencak silat dipertahankan, dikembangkan, dan dilestarikan eksistensinya. Konsekuensi logis yang timbul ialah tumbuh suburnya berbagai jenis dan aliran pencak silat di tanah Indonesia tercinta ini, dari yang berlevel lokal-regioenal, nasional, sampai internasional. Hal ini bisa dipa-hami, karena selain sebagai olahraga, pencak silat juga mengandung unsur estetika/seni, pembentukan mental-spiritual, dan bela diri, sehingga banyak orang yang menyukainya, ti-dak terkecuali nonpribumi. Oleh sebab itu, pencak silat harus selalu proaktif-konstruktif me-nangkal pergeseran serta membentengi nilai-nilai budaya bangsa dari ekses-ekses negatif era globalisasi, seperti penyalahgunaan narkoba, minuman keras, dan pergaulan bebas.
Di kota Malang, terdapat 19 perguruan pencak silat anggota resmi IPSI Kota Malang dan pelajar Se-Malang Raya yang setiap aliran itu memiliki karakteristik tertentu. Modal yang telah dimiliki itu akan tidak berguna jika tidak dibina secara intensif dan berkesinambungan. Ini bisa terjadi karena, di-sadari atau tidak, di masa mendatang, perguruan silat tersebut akan berkurang atau justru hilang sama sekali. Pembinaan itu dimaksudkan untuk menjaga eksistensi pencak silat dan mencetak prestasi yang dapat membawa nama Kota Malang ke kancah regional, nasional, bahkan internasional. Upaya pembinaan itu tidak hanya dilakukan Pengurus Cabang IPSI Kota Malang, tetapi juga harus didukung positif oleh Pemerintah Kota Malang dan pihak-pihak terkait. Pembinaan itu diharapkan menjadi terapi positif, proaktif, dan konstruktif bagi generasi muda dalam menangkal pergeseran dan membentengi nilai-nilai budaya bangsa dari ekses-ekses negatif era globalisasi.
Berpijak pada refleksi dan realitas di atas, UKM PSHT Universitas Muhammadiyah Malang akan menyelenggarakan Kejuaraan Pencak Silat Antar Pelajar White Campus Cup I IPSI Kota Malang Se-Malang Raya 2013untuk merealisasikan pembinaan dan peningkatan prestasi para pesilat di lingkungan IPSI Kota Malang. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk memantau pesilat Pendamping yang akan mewakili IPSI Kota Malang mengikuti Kejuaraan Pencak Silat Golongan Dewasa “POR Prov” Pengurus Daerah IPSI Jawa Timur tahun 2014

DASAR PEMIKIRAN                                                      

1)      Milestone (Program Kerja) UKM PSHT UNMUH periode 2012-2013
2)      Event lanjutan dari “KEJUARAAN PENCAK SILAT REGIONAL MALANG SETIA HATI TERATE Se-MALANG RAYA yang telah dilaksanakan pada tanggal 15-17 April 2012.

NAMA KEGIATAN                                                         

Kejuaraan Pencak Silat Antar Pelajar White Campus Cup I IPSI Kota Malang Se-Malang Raya 2013

TEMA KEGIATAN                                                          

LESTARIKAN BUDAYA LELUHUR DENGAN PENCAK SILAT YANG BERBUDI PEKERTI LUHUR

TUJUAN KEGIATAN                                                                      

1)      Melestarikan dan menumbuhkan kecintaan terhadap pencak silat sebagai budaya asli bangsa Indonesia
2)      Menanamkan nilai-nilai sportifitas dalam suasana kompetisi yang sehat
3)      Mempererat rasa persaudaraan dan kesetiakawanan di jajaran keluarga besar IPSI dengan tetap menjunjung tinggi sportivitas dan nilai-nilai luhur pencak silat.

WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN                                 

Hari/Tanggal
: Kamis, 7 - 10 Maret 2013
Tempat

DOME Kampus III UMM

PESERTA KEGIATAN                                                                   

Peserta kejuaraan ini adalah pesilat-pesilat dari perguruan silat anggota IPSI Kota Malang yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Perguruan pencak silat yang diundang pada kejua-raan ini berjumlah 19  perguruan. Perguruan itu adalah sebagai berikut.
1.       Persaudaraan Setia Hati “Terate” (PSHT) Kota Malang
2.       Keluarga Silat Nasional Indonesia “Perisai Diri” (PD) Kota Malang
3.       Perguruan Seni Bela Diri Pencak Silat “Melati Putih” (PSMP) Kota Malang
4.       Perguruan Silat Nasional “Perisai Putih” (PP) Kota Malang
5.       Perguruan Silat Kontak “Melati Putih” (PMP) Kota Malang
6.       Lembaga Pencak Silat Nahdlatul Ulama’ “Pagar Nusa” (PN) Kota Malang
7.       Ikatan Pencak Silat “Nur Harias” (NH) Kota Malang
8.       Perguruan Seni Bela Diri Ind. “Tapak Suci” Putra Muhammadiyah (TS) Kota Malang
9.       Perguruan Pencak Silat “Bang Simin” Cimande-Minangkabau (BS) Kota Malang
10.       Perguruan Pencak Silat “Al-Hidayah” Kota Malang
11.       Perguruan Pencak Silat “Walet Putih” Kota Malang
12.       Perguruan Silat Nasional “Ampuh, Sehat, Aman, Damai” (ASAD) Kota Malang
13.       Perguruan Pencak Silat Bela Diri Tangan Kosong “Merpati Putih” (BMP) Kota Malang
14.       Perguruan Jurus Silat Moyang Indonesia “Josimondo” Kota Malang
15.       Perguruan Pencak Silat Kera Sakti Kota Malang.
16.       Perguruan Pencak Silat Jokotole Kota Malang.
17.       Perguruan silat Satria Tunggal kota Malang.
18.       Perguruan Silat Cimande Kota Malang.
19.       Perguruan Silat Pandawa Kota Malang.

ESTIMASI BIAYA                                                                          

(terlampir I)

SUSUNAN PANITIA                                                                       

(terlampir II)

DESKRIPSI ACARA                                                                       

(terlampir III)

JADWAL KEGIATAN                                                                    

(terlampir IV)

PENUTUP                                                                                        

Demikian proposal kegiatan ini kami ajukan, besar harapan kami pihak partisipan sponsor yang bersedia turut mendukung kejuaraan pencak silat ini sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa. Atas segala perhatian dan kerjasamanya.





LEMBAR PENGESAHAN
                                                              PANITIA PELAKSANA
KEJUARAAN PENCAK SILATANTAR PELAJAR WHITE CAMPUS CUP I
IPSI KOTA MALANG Se-MALANG RAYA 2013


Malang, 28 Januari 2013
 Hormat kami
                                                                                                                                          
Ketua UKM PSHT
Universitas Muhammadiyah Malang




Hari Murti


Ketua Pelaksana





Ringga Eka Aries Pratama

Menyetujui
Penguruus Cabang IPSI
Kota Malang



Herminto Prabowo S.Pd
Pembina UKM PSHT




Drs. Hendarto Cahyo, M.Si


Mengetahui,
 Kabag. Minat, Bakat & Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Malang




Joko Siswanto, S.Sos








Lampiran I
ESTIMASI DANA
KEJUARAAN PENCAK SILAT “ANTAR PELAJAR” IPSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Se-MALANG RAYA 2013
PEMASUKAN
Kas UKM PSHT UMM

Rp130.000,-
Pendaftaran Kontingen
@ Rp 50.000,- / kontingen/50
Rp2.500.000,-
Official
2 orang x @Rp10.000/50 kontingen
Rp1.000.000,-
Pendaftaran Atlit Tanding
@ Rp 25.000/atlit x 400
Rp10.000.000,-
Pendaftaran Atlit Seni TGR
@ Rp 35.000/atlit x 50
Rp1.750.000,-
Total Pemasukan
Rp 15.380.000,-
PENGELUARAN
BIDANG
PENGELUARAN
JUMLAH
Konsumsi:


Ø  Konsumsi panitia
34 x 4 hari x 6.000 x 3 kali
Rp2.448.000,-
Ø  Konsumsi wasit juri
28 x 4 hari x 10.000 x 3 kali
Rp3.360.000,-
Ø  Snack Panitia & Juri
62 x 4 hari x 3.500 x 1 kali
Rp868.000,-
Ø  Air mineral
4 hari x 16 dus @ Rp 15.000
Rp960.000,-

JUMLAH
Rp 7.636.000,-
Sekretariatan:


Ø  Surat Menyurat

Rp300.000,-
Ø  Fotocopy
2 rem @ Rp 40.000
Rp80.000,-
Ø  Peralatan kesekretariatan

Rp150.000,-
Ø  Piagam
@ Rp 4.000 x 144 orang
Rp576.000,-
Ø Sertifikat peserta & Official
@ Rp 3.000 x 500 orang
Rp1.500.000,-
Ø  Sertifikat panitia
@ Rp 3.000 x 34 orang
Rp102.000.-
Ø  ID card peserta & Official
@ Rp 3.000 x  500 orang
Rp1.500.000,-
Ø  ID card panitia
@ Rp 3.000 x 34 orang
Rp102.000,-

JUMLAH
Rp 4.310.000
Humas:


Ø  Transportasi

Rp500.000,-
Ø  Komunikasi( Pulsa )
@ Rp 20.000 x 34 orang
Rp680.000,-
Ø  Insentive Wasit Juri
28 orang @ Rp 100.000 x 4 hari
Rp11.200.000,-

JUMLAH
Rp. 12.380.000,-
Pubdekdok:


Ø  Dokumentasi

Rp500.000,-
Ø  Peminjaman hendicam
Rp 100.000 x 4 hari
Rp 400.000,-

JUMLAH
Rp 900.000
Perlengkapan:


Ø  Sewa Matras
@ Rp 500.000 x 2 buah
Rp1.000.000,-
Ø  Sewa Body Protektor
Rp450.000,-
Ø  Piala
@ Rp 150.000 x 3 buah
Rp450.000,-
Ø  Medali
@ Rp 60.000 x 144 orang
Rp8.640.000,-
Ø  Banner
@ Rp 144.000 x 4 buah
Rp576.000,-
Ø  Perlengkapan pertandingan

Rp1.000.000,-
Ø  Kaos Panitia
@ Rp 50.000 x 30 orang
Rp 1.500.000,-
Ø  Peminjaman sound
@ Rp 500.000 x 4 hari
Rp 2.000.000,-
Ø  Peminjaman Dome
@ 3.000.000 x 4 hari
Rp 12.000.000,-

JUMLAH
Rp 27.166.000
Kesehatan

Ø  Dokter  + 2 Asisten
@ Rp 1.000.000 x 4 hari
Rp4.000.000,-
Ø  Obat-obatan

Rp500.000,-

JUMLAH
Rp 4.500.000
Total Pengeluaran
Rp.56.892.000,-
Total Pemasukan
Rp 15.380.000,-
Total Dana Yang Dibutuhkan
Rp41.512.000,-





Lampiran II
SUSUNAN PANITIA
KEJUARAAN PENCAK SILATANTAR PELAJAR WHITE CAMPUS CUP I
IPSI KOTA MALANG Se-MALANG RAYA 2013

1.  Panitia Pengarah (Steering Commettee/SC)
a.  Pelindung                        :   1.  Walikota Malang
                                                  2.  Kepala Kepolisian Resort Kota Malang
                                                  3.  Ketua Umum KONI Kota Malang
                                                  4.  Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
b.  Penanggung jawab         :  Hari Murti (Ketua UKM PSHT Universitas Muhammadiyah Malang)
                                                 
c.  Penasihat                          :   1.  Pembantu Rektor III Universitas Muhammadiyah  Malang
                                                   2.  Ketua Harian IPSI Kota Malang
2.  Panitia Pelaksana (Organizing Commettee/OC)
a.  Ketua                               : Ringga Eka Aries Pratama                     
b.  Wakil ketua II                 : Fery Dian Kristianto
c.  Sekretaris                        : Faridyah Wulandari
d. Sekretaris II                    :   Andy Prima Saputra
e.  Bendahara                      :   Endah Lestari
f.Bendahara                         :   Rizki Karimi Abi Yunus Efendi
e.  Seksi-seksi                      :

1.  Pertandingan dan Wasit-Juri
a.  Delegasi teknik                      :   Herminto Prabowo, S.Pd.            IPSI Kota
b.  Ketua pertandingan               :   Frandy Kurniawan, A.Ma.           IPSI Kota
c.  Waket pertandingan              :   Frenky Suharyono                        IPSI Kota.
d.  Ketua dewan wasit-juri         :   Endang Sulastri, S.Si.                   IPSI Kota
e.  Waket dewan wasit-juri         :   Salman Anshori                            IPSI Kota.
f.  Sekretaris pertandingan          :   Agus Zailiudin                              IPSI Kota
2.  Administrasi dan Kesekretariatan
a.  Koordinator                            :   Candra
b.  Anggota                                 :   1.  Muhdlorianto Eko  Prastyo
                                                       2.  Agus
3.  Perlengkapan
a.  Koordinator                            :   Muhajir
b.  Anggota                                  :   1.  Abdul Kohar                           
                                                        2.  Hamdan Fausi
                                                        3.  Sandi

4.  Konsumsi, dan Kesejahteraan
a.  Koordinator                            :   Mahendralia Nugraha Putra
b.  Anggota                                  :  1. Galih Prasetyo
                                                       2.  Rahma
          5.  Dokumentasi
                  a.  Koordinator                          :   Wedy Kriswanto
                  b.  Anggota                                :   Abdul Rahman
           
          6.  Humas                                
                  a.  Koordinator                          :   Rizki Rian Angryawan
                  b.  Anggota                                :   1.   Abdilbar
                                                                        2.   Heriyanto

            7.  Acara
             a.  Koordinator                       :   Panji Tri Widiantoro
              b.  Anggota                           :   Achmad Fariszal    







Lampiran III
DESKRIPSI ACARA
Pertandingan Pencak Silat
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal    : Kamis, 07 - 10 Maret 2013
Tempat            : Dome Kampus III UMM

KATEGORI  PERTANDINGAN
1.  Pelajar
1.    Kelas A      :                            39 kg        s.d.      42 kg          putra      dan      putri
2.    Kelas B      :         di atas         42 kg        s.d.      45 kg          putra      dan      putri
3.    Kelas C      :         di atas         45 kg        s.d.      48 kg          putra      dan      putri
4.    Kelas D      :         di atas         48 kg        s.d.      51 kg          putra      dan      putri
5.    Kelas E      :         di atas         51 kg        s.d.      54 kg          putra      dan      putri
6.    Kelas F       :         di atas         54 kg        s.d.      57 kg          putra      dan      putri
2. Pra Remaja
1.      Kelas A          :                            25 kg        s.d.      28 kg          putra      dan      putri
2.      Kelas B          :         di atas         28 kg        s.d.      31 kg          putra      dan      putri
3.      Kelas C          :         di atas         31 kg        s.d.      34 kg          putra      dan      putri
4.      Kelas D         :         di atas         34 kg        s.d.      37 kg          putra      dan      putri
5.      Kelas E          :         di atas         37 kg        s.d.      40 kg          putra      dan      putri
6.      Kelas F          :         di atas         40 kg        s.d.      43 kg          putra      dan      putri

3. Usia Dini
1.      Kelas A           :                    23 kg         s.d.      25 kg      putra       dan   putri
2.      Kelas B           :       di atas  25 kg         s.d.      27 kg      putra       dan   putri
3.      Kelas C           :       di atas  27 kg         s.d.      29 kg      putra       dan   putri
4.      Kelas D           :       di atas  29 kg         s.d.      31 kg      putra       dan   putri
5.      Kelas E            :       di atas  31 kg         s.d.      33 kg      putra       dan   putri
6.      Kelas F            :       di atas  33 kg         s.d.      35 kg      putra       dan   putri

Kategori Tunggal, Ganda dan Regu (IPSI) mempertandingkan:
-  Kategori Tunggal        (Putra dan Putri)
-  Kategori Regu             (Putra dan Putri)
TROPHY YANG DIPEREBUTKAN
1.        Juara Umum I Usia Dini              : Piala Tetap White Campus Cup I IPSI Kota Malang
                                                          Uang pembinaan Rp 1.000.000,00
                                                          Piagam
2.        Juara Umum I Pra Remaja           : Piala Tetap White Campus Cup I IPSI Kota Malang
                                                            Uang pembinaan Rp 1.000.000,00
                                                            Piagam
3.        Juara Umum I Remaja                 : Piala Tetap White Campus Cup I IPSI Kota Malang
                                                            Uang pembinaan Rp 1.000.000,00
                                                            Piagam





  
Lampiran IV
JADWAL KEGIATAN
KEJUARAAN PENCAK SILATANTAR PELAJAR WHITE CAMPUS CUP I
IPSI KOTA MALANG Se-MALANG RAYA 2013
Tanggal
Waktu
Acara
Tempat
25 Februari 2013
07.00 – 16.00
Konfirmasi peserta terakhir dan batas akhir penyerahan kelengkapan administrasi pendaftaran
Komisariat UKM PSHT UMM kampus   III
03 Maret 2013
13.00-17.00
Teknikal meeting
Aula BAU kampus III
07 Maret 2013
07.00 - 09.00
Pembukaan
Dome UMM Kampus III
07 maret 2013
09.00 – 21.00
Babak penyisihan
Dome UMM Kampus III
08 maret 2013
07.00 – 21.00
Babak perempat final
Dome UMM Kampus III
09 maret 2013
07.00 – 21.00
Babak semi final
Dome UMM Kampus III
10 maret 2013
07.00 – 17.00
Babak Final dan penutupan
Dome UMM Kampus III










MEDIA SPONSORSHIP
Pada “Kejuaraan Pencak SilatAntar Pelajar White Campus Cup I Ipsi Kota Malang Se-Malang Raya 2013”, panitia white campus cup I membuka kesempatan kepada perusahaan dan instansi untuk turut berpartisipasi mensponsori pembiyayaan dan penyediaan fasilitas untuk penyelenggraan kegiatan tersebut.
            Adapun bentuk partisipasi yang kami tawarkan adalah sebagai berikut:
1. Sponsor Tunggal
2. Sponsor Utama
3. Sponsor Pendamping
4. Donatur
DESKRIPSI SPONSORSHIP
1. Sponsor Tunggal
Sponsor Tunggal adalah perusahaan atau instansi yang bersedia menanggung 80% dari total biaya sponsorhip untuk penyelenggraan “Kejuaraan Pencak SilatAntar Pelajar White Campus Cup I IPSI Kota Malang Se-Malang Raya 2013”. Sebesar Rp 41.512.000,-
Sponsor tunggal mendapatkan kompensasi sebagai berikut:
1.  Memasang logo perusahaan / produk pada spanduk kejurnas sebanyak 7 buah yang akan dipasang di tempat strategis di area kampus III UMM dan di lokasi pertandingan (2 buah), dengan ukuran 20% dari ukuran spanduk. Produksi dilakukan oleh panitia dan dipasang 2 minggu sebelum acara dan selama  pelaksanaan.
2.  Memasang logo perusahaan / produk pada T-Shirt panitia kejuaraan akan dibagikan 1 minggu sebelum acara
3.  Memasang logo perusahaan pada banner di produksi oleh panitia pemasangan 2 minggu sebelum acara dan selama pelaksanaan dan pemasangan di tempat strategis di sekitar kampus.
4. Umbul-umbul maksimal 5 biji dengan  ketentuan 6 meter dan lebar 1.25 meter desain dan produksi oleh pihak sponsor pemasangan di tempat strategis di sekitar kampus.Pemasangan 3 hari sebelum acara dan selama pelaksanaan.

Ket. Ketentuan diatas dapat  berubah sesuai dengan kesepakatan kedua pihak

Contoh spanduk
SPONSOR TUNGGAL




Contoh T-Shirt






Contoh banner







2. Sponsor Utama
Sponsor Utama adalah perusahaan atau italasi yang bersedia menggung 50% dari total biaya sponsorhip untuk penyelenggraan “Kejuaraan Pencak SilatAntar Pelajar White Campus Cup I Ipsi Kota Malang Se-Malang Raya 2013”. Sebesar Rp 13.155.000,-
Sponsor Utama  mendapatkan konpensasi sebagai berikut:
1.  Memasang logo perusahaan / produk pada spanduk Antar pelajar sebanyak 5 buah yang akan dipasang di tempat strategis di area kampus III UMM dan di lokasi pertandingan (2 buah),dengan ukuran 20% dari ukuran spanduk.
2.  Memasang logo perusahaan pada bener di produksi oleh panitia pemasangan 1 minggu sebelum acara dan selama pelaksanaan dan pemasangan di tempat strategis di sekitar kampus.
3. Umbul-umbul maksimal 5 biji dengan  ketentuan 6 meter dan lebar 1.25 meter desain dan produksi oleh pihak sponsor pemasangan di tempat strategis di sekitar kampus. Pemasngan 3 hari sebelum acara dan  selama pelaksanaan
3. Sponsor Pendamping
Sponsor Pendamping adalah perusahaan atau instansi yang bersedia menggung 30% dari total biaya sponsorhip untuk penyelenggaraan “Kejuaraan Pencak SilatAntar Pelajar White Campus Cup I Ipsi Kota Malang Se-Malang Raya 2013”. Sebesar Rp 7.893.000,-
Sponsor Pendamping  mendapatkan kompensasi sebagai berikut:
1.  Memesang logo perusahaan / produk pada spanduk kejurnas sebanyak 3 buah yang akan dipasang di tempat strategis di area kampus III UMM dan di lokasi pertandingan (2 buah).
2.  Memasang logo perusahaan pada bener di produksi oleh panitia pemasangan 2 minggu sebelum acara dan selama pelaksanaan,pemasangan di tempat strategis di sekitar kampus.
4. Donatur
Donator adalah instansi, perusahaan atau  perorangan yang memberikan dana secara sukarela untuk penyelenggraan kejuaraan ini.
KOMPENSASI
No
Media sponsorship
Tunggal
Utama
Pendamping
1.
Banner
Yes
Yes
Yes
2.
Spanduk
7 buah
5 buah
3 buah
3.
T-shirt panitia
Yes
Yes
Yes
4.
Umbul-umbul
Yes
Yes
Yes
5.
Sertifikat
Halaman depan
Halaman belakang
-
6.
ID Card
Yes
-
-
7.
Backdrop
Yes
Yes
Yes
Bentuk kerjasama lain:
·         Penyediaan fasilitas, pembuatan T-shirt, stiker, banner, sound system, iklan, tabloid, radio, dan lain-lain. Bentuk kerjasama ini dapat dirundingkan lebih lanjut antara kedua belah pihak.
·         Sponsor pendamping: Sumbangan dapat diberikan atas nama instansi, perusahaan, atau perorangan berupa dana maupun fasilitas lainnya.
·         Media partner (radio, majalah, tabloid, dan media cetak atau media elektronik lainnya) memberikan bentuk kerjasama berupa publikasi acara. Kompensasi sesuai dengan nilai paket yang telah disediakan, atau sesuai ksepakatan.
Penghargaan Peserta
Setiap peserta akan mendapatkan:
1. Stiker
2. Sertifikat
Juara I                      : trophy + sertifikat + produk sponsor
Juara II                     : trophy + sertifikat + produk sponsor
Juara III                   : trophy + sertifikat + produk sponsor

Keuntungan Sponsor
·         Menjadi pembuktian kepedulian perusahaan/instansi dalam upaya pelestarian budaya bangsa khususnya pencak silat.
·         Mengedepankan dan memperkuat brand image  atas produk dan perusahaan
·         Meningkatkan brand awareness  dan mempertahankan citra perusahaan/instansi
·         Meraih  market share yang luas sebab dipromosikan dalam kegiatan bertaraf nasional
·         Mendapatkan atensi langsung dari peserta, pengunjung, maupun masyarakat.

KETENTUAN UMUM SPONSOR
a.  Setiap sponsor yang berminat harus menandatangani lembar kesediaan berpartisipasi
b.  Setiap pesanan sponsor disertai uang muka minimal 50% dari total tansaksi pada penandatanganan surat kesediaan berpartisipasi.
c.  Perusahaan dapat menghubungi panitia kejurnas, untuk proses negosiasi tentang  kompensasi yang diberikan panitia dan pelunasan pembayaran.
d.  Pembatalan partisipasi:
Ø  Dari pihak partisipan:
-       Bila membayar lunas, 60% nya mnjadi milik panitia.
-       Bila telah membayar uang muka , 80% nya menjadi hak panitia
-       Diluar ketentuan diatas dapat dibicarakan lebih lanjut dengan panitia
Ø  Dari pihak panitia:
-       Akan dikembalikan sebesar yang telah diterima oleh panitia
e. Perjanjian dapat dilakukan panitia dengan pertanggung jawaban  dari pihak partisipan.
f. Apabila terdapat lebih dari satu instansi atau perusahaan yang bermaksud mendukung kegiatan ini secara penuh (100%), maka pihak yang terlebih dahulu dapat mencairkan dananya akan menjadi prioritas utama.
f. Perusahaan yang berminat dapat menghubungi panitia untuk keterangan yang lebih lanjut dengan contact person.
g. Segala bentuk pembayaran kerjasama dapat melalui BANK BCA
              No. Rekening           : 2630532372
              Atas Nama               : Mahendralia Nugraha Putra
h. Ketentuan lain yang belum diatur atau belum jelas dapat dinyatakan  kepada panitia







BUKTI PERJANJIAN KERJASAMA
Kami menyatakan telah menerima 1 (satu) berkas proposal dari panitia White Campus Cup I
Nama Penerima     :
Jabatan                  :
Nama Perusahaan  :
Telpon                   :
Menyetujui untuk ikut berkerjasama menjadi sponsor dalam acara kejuaraan White Campus Cup I dalam bentuk:
1. Sponsor Tunggal
2. Sponsor Utama
3. Sponsor Pendamping
Bentuk sponsorhip yang diberikan sebagai sponsor adalah
……………………………………………………………………………………………..
Dan kami kirim kepada panitia  kejuaraan White Campus Cup I pada tanggal…………. Jumlah tersebut senilai…………………….rupiah.
Atau Rp…………………………………………… yang akan dibayarkan tanggal pada:
Hari / Tanggal                    :
Sejumlah                           :
Terbilang                           :
Keterangan                        :
a.n perusahaan




(………………….)